Selasa, 03 November 2009

DUA PILIHAN IMAN HAQ ATAU IMAN BATHIL

Bismillaahir Rahmaan Nirrahiim

Kawan, kita mungkin sering mendengar tentang harga diri seseorang, ada juga istilah mencemarkan nama baik yang berakibat seseorang bisa dituntut di Pengadilan.
Sebenarnya apa yang menjadi harga diri itu selama ini hanya dikenal sebagai nama baik, tidak pernah berbuat melawan hukum maka seseorang dianggap terhormat dan punya harga diri.Dengan kata lain harga diri disini bukan harga diri seorang pelacur yang dinilai dengan uang, tapi harga diri disini adalah sebuah ungkapan yang tidak ternilai harganya.

Sebenarnya berbicara tentang istilah harga maka kita telah masuk dalam ruang lingkup ekonomi. Harga menurut istilah ekonomi adalah pengganti nilai. Nilai itu berlaku objektip sedangkan harga subjektip.Contohnya harga beras bisa berobah-obah sesuai dengan tingkat permintaan dan persediaan, namun Nilai beras tidak pernah berobah kapan saja dan dimana saja dapat mengenyangkan 4 orang dalam satu hari apabila dimasak menjadi nasi. Apakah bisa satu kilo gram beras mengenyangkan seratus orang dalam sehari jawabnya tidak, sedangkan harga beras bisa menjadi sepuluh ribu rupiah jika persediaan beras di Indonesia mengalamai kekurangan.

Istilah Iman, sebenarnya asalnya dari bahasa Arabiyyan, yang ditulis dari kanan kekiri disalin kedalam bahasa Indonesia menjadi dari kiri ke kanan.
Di Indonesia arti Iman sebagai kata benda diartikan sama dengan kepercayaan; keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab dan sebagainya. Juga berarti ketetapan hati; keteguhan bathin; keseimbangan bathin. Jadi dapat kita simpulkan bahwa Iman menurut sebagian orang Indonesia artinya masalah keyakinan agama yang dianut masing-masing pemeluk agama. Orang Komunis atau Atheis dianggap tidak beragama maka tidak mempunyai Iman.

Kawan, kita ingin tahu sebenarnya apakah Nabi Muhammad juga mengartikan Iman sama dengan sebagian orang Indonesia yang berarti kepercayaan atau keyakinan semata.
Ada banyak Hadits Nabi tentang Iman menurut Nabi Muhammad SAW, Sabda Nabi menurut Hadits Ibnu Maja :

AL-IMAANU ‘AQDUN BILQALBI WA-IQRAARUN BIL-LISaANI WA-AMALUN BIL ARQAAN
“Iman itu ialah Tambatan hati yang menggema kedalam seluruh ucapan dan menjelma kedalam segenap laku perbuatan”

Jikalau selama ini kita memahami Iman hanya masalah hati, tapi Nabi menjelaskan bahwa Iman itu mencakup Isi hati yang diucapkan serta diujudkan dalam perbuatan sehingga Orang beriman itu bisa dilihat dari ucapan dan perbuatannya.
Selama ini ada kasus sesama wanita, antara yang berjilbab dan yang masih telanjang kepala, Kata wanita bertelanjang kepala : “Jilbab itu tidak perlu dipamerkan, yang penting Jilbab itu di hati” ungkapan ini kadang menggoyahkan wanita berjilbab, kenapa? Karena selama ini wanita bertelanjang kepala itu masih berpegang kepada pengertian bahwa Iman itu hanya dihati alias percaya dan urusan agama urusan bathin seseorang dengan Tuhannya.

Kawan, Iman menurut Nabi Muhammad sama dengan masalah peradaban/kebudayaan menusia. Ruang lingkup Iman itu adalah hidup manusia secara utuh. Jadi semua manusia yang berakal mempunyai satu keyakinan yang diucapkan dan dilakukan dalam kehidupannya dikatakan mempunyai Iman secara umum.
Pertanyaan selanjutnya adalah beriman dengan apa ? Allah menegaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 4 adalah sebagai berikut :

WAL-LAZIINA YU’MINUUNA BIMAA UNZILA ILAIKA WAMAA UNZILA MIN QABLIKA, WABIL AAKHIRATIHUM YUUQINUUN.
Yakni orang-orang yang hidup berpandangan dan bersikap dengan apa yang telah diturunkan kepada anda (Muhammad yaitu Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul anda) yang sama dengan apa yang telah diturunkan menurut Sunnah Rasul-Rasul sebelum anda, dimana mereka meyakini sepenuhnya mencapai tujuan hidup terakhir”

Berdasar ayat tersebut diatas, menjadi jelas bahwa Harga dan Nilai dari Iman itu tergantung dari apa yang diyakini untuk mencapai tujuan. Olah karena Mu’min itu ialah orang yang hidup berpandangan dan bersikap denganAl-Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya disebut juga Haq maka Iman yang demikian dikatakan Iman yang Haq. Selain Iman yang hak ada juga Iman Bhathil sebagaimana yang disebutkan pada surat Al-Ankabuut ayat 52 sebagai berikut :

QUL KAFAA BILLAAHI BAINII WA BAINAKUM SYAHIIDAA, YA’LAMU MAA FIS-SAMAAWAATI WAL ARDH, WAL-LADZIINA AAMANUU BIL BAATHILI WA KAFARUU BILLAAHI, ULAAIKAHUMUL KHAASIRUUN
Jawab (Muhammad):”Cukuplah Allah (dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya) menjadi pemberi kesaksian diantara saya (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul) dan kalian (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin). DIA Allah yang menguasai konsep hidup organis biologis maupun kehidupan budaya. Dan mereka yang hidup berpandangan dan bersikap dengan ajaran Bathil, yaitu mereka yang bersikap negatip terhadap ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang merugikan/merusak kehidupan dimana sajapun”.

Kawan, inilah dua nilai Iman yang haq lawan Iman yang Bathil alias Bathal yang artinya ada sejumlah menusia di dunia ini yang teguh bertahan dengan pandangan dan sikap hidup terhadap satu kehidupan yang sudah pasti gagal menurut Allah, tapi mereka meyakininya sebagai suatu keberhasilan dimasa yang akan datang, sebaliknya satu kehidupan yang sudah pasti dijamin akan sukses di dunia dan akhirat nanti, hanya segelintir manusia yang berpandangan demikian.

Dalam Al-Qur’an ada banyak ayat-ayat yang menjelaskan tentang nilai dan harga dari suatu keimanan, baik yang hak maupun yang bathil. Kita petik surat Bani Israil ayat 9 sampai dengan 11 sebagai berikut :

INNA HAAZAL QURAANA YAHDII LIL-LATII HIYA AQWAMU WAYUBASYSYIRUL MU’MINIINAL LAZIINA YA’MALUUNASH SHAALIHAATI ANNA LAHUM AJRAN KABIIRAA.
“Sesungguhnya Al-Qur’an menurt Sunnah Rasul ini memberi pedoman kearah satu kehidupan lebih tangguh yaitu menghamparkan satu kehidupan gembira untuk Mu’min yang berbuat tepat bahwa bagi mereka yang demikian adalah satu imbalan kehiodupan agung tiada tara” (Bani Israil ayat 9)

WA ANNAL LAZIINA LAA YU’MINUUNA BIL AAKHIRATI A’TADNAA LAHUM ‘ADZAABAN ALIIMAA
“Dan sesungguhnya yang tidak mau hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul-Nya untuk satu tujuan terakhir niscaya Kami atas alternative Dzulumat menurut Sunnah Syayatin akan menimpakan kepada mereka satu kehidupan azab yang sangat pedih” (Bani Israil ayat 10)

WA-YAD’UL INSAANU BISY-SYARRI DU’AA-AHU BIL-KHAIRI, WA-KAANAL INSAANU ‘AJUULAA
“Dan manusia dipersilahkan melakukan pilihan untuk satu alternative subyektif dengan pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin yang akan mendatangkan satu kehidupan bencana atau dengan Nur menurut Sunnah Rasul yang akan menghasilkan satu kehidupan bahagia. Dan adalah manusia itu keburu nafsu dalam melakukan pilihan hidupnya” (Bani Israil ayat 11)

Dengan demikian jelas bahwa hidup ini adalah pilihan, apakah manusia mau dengan Iman yang haq yang akan mendatangkan nilai kehidupan bahagia di dunia dan akhirat nanti, atau pilihan Iman Bathil yaitu kehidupan berdasar pilihan Dzulumat menurut Sunnah Syayatin yang menghasilkan satu kehidupan celaka, di dunia hanya kehidupan huru-hara dan di akhirat adalah azab yang pedih.
Untuk lebih memperjelas tentang nilai dan harga Iman itu maka mari kitra lihat surat At-Taubah ayat 111 yang berbunyi demikian :

INNALLAAHASY-TARAA MINAL MU’MINIINAA ANFUSAHUM WA-AMWAALAHUM BI-ANNA LAHUMUL JANNAH. YUQAATILUUNA FII SABIILILLAAHI FAYAQTULUUNA WAYUQTALUUNA, WA’DAN ‘ALAIHI HAQQAN FIT-TAURAATI WAL-INJIILI WAL-QUR’AAN, WAMAN AUFA BI’AHDIHI MINALLAAHI FAS-TABSYIRUU BIBA’IKUMUL-LADZII BA-YA’TUM BIH, WADZAALIKA HUWAL FAUZUL ‘ADZIIM.
“Sebenarnya Allah, dengan A-Qur’an menurut Sunnah rasulnya, telah membeli dari mukmin (yang hidup berpandangan dan bersikap dengan Al-Qur’an menurut Sunnh Rasul) diri dan seluruh harta kekayaannya (menjadi milik Allah) dengan bahwa bagi mereka yang demikian itu berhak atas Jannah(satu kehidupan bagaikan TAMAN merindangkan panennya), dimana mereka siap tempur untuk ketahanan pertahanan ajaran Allah menurut Sunnah Rasul-Nya sehingga mampu membunuh dan sedia dibunuh merupakan satu ikatan janji menurut-NYA yang secara obyektif tersebut didalam Taurat menurut Sunnah Musa, didalam Injil menurut Sunnah Nabi ‘Isa, dan di dalam Al-Qur’an menurut Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dan siapa yangmenyempurnakan imannya menjadi satu ikatan janji dengan ajaran Allah (Al-Qur’an) menurut Sunah Rasul-Nya (Piagam aqabah kedua) maka gembirakanlah mereka, sesuai dengan yang kalian menjanjikan mereka dengan Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, menjadi satu ikatan perjanjian diantara kalian (Piagam Yatsrib). Dan yang demikian itu DIA (Allah) dengan Al-Qur’an menurut Sunnah rasul-Nya, adalah Pembina kemenangan hidup tiada tanding”

Inilah konsep hidup dengan ajaran Allah, yang telah dibuktikab pada abad ketujuh dan berhasil menaklukkan dunia dengan konsep Al-Qur’an menurut Sunnah Rasul, Keadilan, Kemakmuran menjelma diatas padang Pasir nan tandus di Negeri Arab pada waktu itu sesuai dengan janji Allah. Coba kita bayangkan, Bumi Yatsrib yang kemudian menjadi Madinah tidak menghasilkan seperti Bumi Indonesia, tapi dengan konsep yang benar dimana Pimpinan Negara telah menggadaikan seluruh hartanya untuk Allah, dan untuk dia hanya sekedar saja untuk kehidupannya, maka Kemakmuran, Keadilan menjelma, tapi bayangkan di Negeri Ibu Pertiwi yang kaya ini, karena salah konsepnya maka Orang berebut harta dalam era Kemerdekaan, maka terjadilah Penjajahan sebagian yang kaya terhadap klas miskin secara structural dan abadi.

Setelah kita mengetahui dua nilai yaitu Iman haq lawan Iman Bathil maka sekarang terpulang kepada masing-masing kita, apakah masih tetap menganggap bahwa Iman itu hanya satu kepercayaan saja ataukah Iman itu ialah berpandangan dan bersikap dalam hidup ini dengan satu ajaran yang bernilai sama dengan Sunnah Rasul-Rasul terdahulu.
Selama ini Iman Bathil kurang pupuler di Indonesia, walaupun dalam Al-Qur’an sudah ada, sekarang setelah membaca blog ini, kita akan menghadapi konfrontasi dari orang-orang yang belum bisa menerima ada Iman Bathil walalupun ayat sudah kita ajukan, maka bersabarlah dengan seindah-indahnya, sosialisasi sesuatu tidaklah mudah, Insya Allah pada saatnya Allah akan membuka akal dan pikiran manusia untuk dapat memahami dua nilai ini. Yang terpenting adalah diri kita sendiri untuk memahaminya dan keluarga kita, walaupun kita menyadari bahwa Iman yang hak itu adalah bukan kita yang bisa memberikan kepada orang-orang yang kita cintai, hanya Allah yang akan memberikan hidayah kepada siapapun yang terus-menerus meminta untuk mendapatkan Iman yang Haq
.
Semoga bermanfaat mohon maaf bila ada kekurangan

Wassalam
Hamdjah
..

3 komentar:

  1. Memang tdk ada yg perlu di komentar lagi,sdh ok ko'jd tingal pilih di antara2 pilihn yaitu Haq atau Bathil...

    BalasHapus
  2. No comment ... mmg itulah yang objektif ilmiah.
    Terima kasih ...

    BalasHapus
  3. Titanium Prices - Poker Wiki
    In addition to regular prices of the Poker Room, in implant grade titanium earrings all tournaments there is a standard Poker Room. titanium rod in leg Players, however, titanium dioxide can enjoy used ford edge titanium a lower price, black titanium rings the higher value

    BalasHapus